Krisis Lingkungan "Degradasi Lahan Hijau Diantara Kaum Urban”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang saat ini terus berkembang pesat membuat
kehidupan manusia akan lebih banyak. Oleh sebab itu zaman akan terus
terobrak-abrik dengan adanya perkembangan yang terus dilakukan manusia. Memulai
dengan kebutuhan akan teknologi, kecepatan, keakuratan, ketelitian dan
kebutuhan akan perkembangan yang terus dilakukan manusia. Alam seakan hanya
pasrah tentang perkembangan yang dilakukan manusia, akan tetapi dibalik
kesuksesan yang dikerjakan manusia akan meninggalkan pengorbanan.
Perkembangan teknologi yang terus dikerjakan manusia untuk memenuhi
kebutuhan manusia modern sanggat berdampak tragis bagi alam yang selalu
menyediakan kebutuhan yang kita inginkan. Oleh sebab, perlu kita mengetahui
dampak pengorbanan bagi perkembangan zaman sekarang ini.
1.2
Identifikasi Masalah
Semakin banyaknya manusia menyebabkan kebutuhan yang diperlukan
akan semakin meningkat. Akses jalan, rumah, taman hiburan, sekolah,
apartemen,hotel dan masih banyak lagi adalah salah satu dampak kemajuan
kehidupan di zaman modern ini. Untuk itu penulis ingin menunjukan bahwa
menyempitnya lahan hijau adalah krisis lingkungan yang akan terus terjadi saat
ini maupun masa mendatang.
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1.
Mengetahui
krisis lingkungan
2.
Mengetahui
faktor penyebab krisis lahan hijau
3.
Mengetahui
akibat krisis lahan hijau
4.
Mengetahui
cara menanggulangi krisis lahan hijau
1.4
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini
adalah:
1.
Mengetahui
bahaya krisis lahan hijau
2.
Mengetahui
akibat krisis lahan hijau
3.
Memahani
pentingnya lahan hijau
4.
Memahami
cara menanggulangi lahan hijau
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Krisis Lingkungan
Krisis lingkungan atau yang bisa kita sebut kerusakan lingkungan
adalah dampak detorasi lingkungan dengan menghilangnya atau rusaknya sumber
daya alam (air,udara dan tanah) serta merusak ekosistem dan fauna liar.
Krisis lingkungan adalah sebuah permasalahan global yang disetiap
negara mempunyai permasalahan dan ancaman yang sama. PBB juga mengatakan bahwa
kehidupan manusia akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Oleh sebab itu, krisis
lingkungan adalah salah satu dari 10 ancaman yang secara resmi diperingatkan
oleh high level threat panel dari PBB. Tidak mengecilkan masalah dunia,
di Indonesia yang menjadi negara terluas di Asia Tenggara dan juga disebut
sebagai paru-paru dunia memiliki permasalahan yang bisa disebut berkembangnya
krisis lingkungan. Mengapa ? disaat negara lain sedang memikirkan bagaimana cara
mengurangi kerusakan lingkungan dengan mengembangkan teknologi-teknologi
pembaruan atau ramah lingkungan, di Indonesia sendiri malah sibuk membangun
gudung-gedung yang mubazir yang penulis sebut bersolek tanpa memperdulikan
sekitar. Indonesia adalah negara agraris dengan penduduk terbesar ke 4 didunia,
dari hasil laporan FAO (Food and Agriculture Organization) yang
dipublikasikan pada Juli 2015, Indonesia adalah penghasil beras terbesar ke 3
didunia sebesar 70,8 ton akan tetapi Indonesai juga mengimpor beras sebesar 1
juta ton. Bisa diketahui bahwa negara yang disebut negara agraris masih
mengimpor beras, tak lain halnya karena lahan-lahan hijau yang dulunya sawah
ataupun lahan hijau lainnya sudah dialih fungsikan menjadi bangunan-bangunan
yang sangat kokoh. Indonesia adalah negara yang berkembang, memerlukan banyak
lahan untuk mengembangkan teknologi, mungkin bisa dibilang memenuhi keserakahan
masyarakan Indonesia. Pembangunan boleh saja dilakukan akan tetapi jangan
melakukan pembangunan di jalur hijau.
Menteri Pertanian Indonesia Ir. H. Suswono, MMA pada 19 April 2010
mengatakan bahwa Kondisi lahan pertanian pangan Indonesia semakin berkurangnya
akibat konversi lahan pertanian pangan menjadi perumahan yang mencapai 110 ribu
hektar/ tahun dan semakin berkurangnya daya dukung lingkungan seperti air dan
lahan hijau terutama di daerah pulau Jawa yang merupakan lumbung padi
Indonesia. Selain itu laju kerusakan lingkungan akibat laju kerusakan hutan
yang mencapai 2,8 juta hektar/ dengan diimbangi rehabilitasi yang hanya 400 s/d
500 ribu hektar/ tahun.
2.2
Penyebab Krisis Lahan Hijau
Ada banyak penyebab krisis lingkungan, akan tetapi menurut penulis
penyebab yang tiada henti adalah krisis lahan hijau. Krisis lahan hijau adalah
dimana lahan-lahan produktif yang seharusnya ditanami tanaman-tanaman dialih
fungsikan menjadi bangunan-bangunan. Membuat bangunan tidaklah salah, akan tetap
pembangunan jika dilakukan dilahan produktif akan menyebabkan kerusakan lahan
dan berkurangnya lahan hijau yang notabennya dapat memenuhi kebutuhan manusia
sampai masa yang akan datang.
Inilah sebab krisis lahan hijau, kebanyakan manusia berfikir sempit
sebelum melihat apa yang terjadi dimasa datang. Seperti yang terjadi di Desa
Jabus, Belitung Barat yang lahan produktifnya dijadikan tambang timah setelah
pertambangan berhenti lahan produktif tersebut sulit untuk dijadikan lahan
produktif kembali.
Fenomena ini banyak terjadi di Indonesia, bukan hanya di jadikan
tambang tetapi banyak wilayah di Indonesia yang krisis lahan hijau. Seperti
Yogyakarta, Surabaya, Semarang dan kota-kota besar lainnya yang lahan semakin
sempit. Banyak sawah-sawah yang sudah menjadi bangunan seperti bom waktu yang
akan terus menerus terjadi. Kita tidak bisa menyalahkan juga kepada pemilik
sawah akan tetapi juga akibat dari kebijakan pemerintah. Pajak yang besar dan
penghasilan yang rendah menyebabkan banyak petani menjual sawahnya karena tidak
sanggup membayar pajak dan sawah tersebut dibeli oleh perusahaan yang kemudian
dijadikan pabrik kemudian banyak petani yang beralih profesi, itulah salalah
satu penyebab krisis lahan hijau.
Selain itu juga bertambahnya jumlah penduduk yang ingin memiliki
rumah sendiri akan memaksakan lahan yang semakin menyempit. Sebagaimana kita
tahu bertambahnya jumlah penduduk akan bertambah juga pemakaian lahan hijau
untuk pembangunan, seperti rumah, jalan dan fasilitas lainnya untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Seperti bertambahnya kendaraan bermotor yang akan
menyebabkan penambahan jalan raya, penambahan fasilitas dan hiburan yang akan
mengurangi lahan. Seperti yang ditulis penulis tadi bahwa butuh pengorbanan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Akan tetapi menurut penulis tetap akan
menyebabkan krisis lahan hijau.
Selain itu juga adanya kerusakan-kerusakan hutan yang tidak
diimbangi dengan penanaman kembali sehingga lahan hijau akan semakin berkurang
dan rusak. Dengan rusaknya hutan berakibat juga pada air bersih dan tanah
longsor serta rusaknya habitat makhluk hidup yang tinggal disana.
2.3
Akibat Krisis Lahan Hijau
1.
Terjadinya
penyempitan lahan sehingga menciptakan lingkungan yang sempit, kumuh dan
lingkungan yang tidak sehat.
Banyak kota-kota besar seperti di Yogyakarta, Surabaya dan Semarang
yang semakin hari semakin menyempit lahan hijau. Berkembangnya industri
properti menyebabkan lahan-lahan hijau menghilang dan berubah menjadi perumahan
atau bahkan menjadi hotel-hotel mewah.
2.
Menyempitnya
lahan hijau juga menyebabkan peresapan air hujan yang kurang maksimal karena
tanah sudah tertutup oleh beton-beton yang berdiri kokoh diatasnya.
Air hujan yang turun seharusnya langsung turun ke tanah tetapi
karena tanah sudah tertutup oleh bangunan-bangunan menyebabkan air tidak bisa
langsung terserap ketanah tetapi mencari daerah yang rendah sehingga meyebabkan
banjir.
3.
Selian
itu penyebab krisis lahan hijau juga terjadi karena adanya pertambangan
Lahan hijau dikorbankan demi kepentingan sesaat, miris mendengarnya.
Itulah yang terjadi didaerah kaya akan hasil pertambangan. Luasnya lahan yang
hijau sirna begitu saja ketika mesin-mesin menggali dan merusak untuk mengambil
bagian dari lahan hijau tersebut. Setelah itu habis sudah lahan hijau walaupun
bisa kembali menjadi lahan hijau tetapi perlu waktu yang cukup lama untuk
mengembalikannya walaupu tidak maksimal.
4.
Krisis
lahan hijau juga menyebabkan rusaknya ekosistem makhuk hidup. Banyak
lahan-lahan hijau yang dialih fungsikan untuk kegiatan industri yang banyak merusak
lingkungan.
Kegiatan industri yang dilakukan manusia sering kali tidak
memperdulikan apa saja yang akan menerima imbasnya. Banyak habitat hewan yang
rusak sehingga terjadilah konflik antara manusia dan hewan.
5.
Penyempitan
lahan hijau juga disebabkan karena keadaan ekonomi dari masyarakat. Seperti
halnya pemerintah yang membuat pajak mahal bagi pemilik sawah ataupun lahan
produktif lainnya.
Bisa kita ketahui bahwa sebagian besar pemilik sawah atau lahan
produktif lainnya sangat berat membayar pajak dengan penghasilan sebagai petani
yang kurang. Bisa kita tahu juga apa yang akan terjadi selanjutnya, pemilik
modal besar datang dan membeli lahan-lahan kemudian dijadikan perumahan ataupun
pabrik-pabrik yang besar.
2.4
Cara Melindungi dan Mencegah Krisis Lahan Hijau
1.
Melindungi
lahan-lahan yang produktif dan lahan yang berada di jalur hijau.
2.
Memanfaatkan
lahan sekecil apapun diarea pemungkinan untuk membuat lahan hijau
3.
Melakukan
remediasi dikawasan bekas pertambangan yang sudah tidak terpakai.
4.
Memberikan
keringanan bagi petani untuk membayar pajak sesuai penghasilannya.
5.
Mentertibkan
pemungkiman ilegal
6.
Melakukan
pengawasan bagi pembangunan
7.
Memberikan
sanksi yang tegas kepada penduduk yang tinggal di lahan yang tidak memiliki
surat kepemilikan yang sah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lahan hijau adalah lahan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Banyak sekali lahan-lahan yang beralih
fungsikan menjadi bangunan-bangunan. Tak halnya dikarenakan para pemilik lahan
hijau yang tidak sangup membayar pajak kepada pemerintah sehingga rela
melepaskan lahannya dijadikan perumahan dan gedung-gedung lainnya. Selain itu
bertambahya jumlah penduduk juga mengakibatkan penambahan infrastruktur,
seperti pembangunan jalan raya yang akan memakan lahan hijau. Sering kali
pemanfaatan lahan hijau tidak diimbangi dengan proses remediasi lahan,sehingga
yang terjadi adalah degradasi lahan. Banjir,tanah longsor dan pencemaran adalah
salah satu penyebab lahan hijau yang menyempit. Kita tidak bisa menghentkan
perkembangan zaman, langkah kita adalah bagaimana kita memanfaatkan sekecil
apapun lahan menjadi lahan hijau, membantu remediasi lahan dan mengawasi
pembangunan.
3.2 Saran
Seharusnya pemerintah memberikan keringanan bagi pemilik lahan
produktif untuk membayar pajak. Kita sebagai manusia juga harus memperhatikan
lingkungan kita agar tidak terjadi degradasi lahan yang akan mengancam
ekosistem makhluk hidup. Pemerintah juga harus merevisi tentang luas lahan
hijau 25% karena terjadi tumpang tindih yang tidak adil, selain itu jika lahan
hijau semaki besar maka tata wilayah akan semakin indah.
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment