TAK SEMUA HARUS SANGUINIS
Masih berfikir
apa yang harus aku lakukan, tak kan tau sampai kapan aku ini hidup. Masih
wajarlah seorang pemimpi mempunyai keinginan besar dibalik bayang-bayang sang
melankolis. Kembali merapikan memori saat kecil, entah kapan aku mulai berfikir
seperti melankolis padahal aku seorang pemimpi. Kembali aku membuka
catatan-catatan masa smk entah bagaimana aku bisa menulis
sebegitu rialestnya. Aku buka seorang yang hobi menulis tapi aku hanya ingin menjadi sang kreator. Entah mengapa banyak mimpi-mimpi masa kecil yang ingin aku gapai tapi entah, bagaimana memulainya lagi. Andai aku kembali kecil itulah yang kudapati saat aku membuka catatan masa smk. Aku akan menjalankan semua apa yang disuruh orang tuaku, tak banyak cerita,kenangan dan publikasi yang aku bisa ceritakan pada anakku kelak. Tapi aku bangga dan bahagia, selama ini aku begitu dekat dengan orang tuaku tapi apa yang bisa aku berikan sekarang. Prestasi? Hah.. hal yang musahil bagiku. Satu kata bagiku. Aku harus membahagiakan orang tuaku selagi mereka bisa melihatku. Itulah catatan yang ku dapati dalam buku catatanku waktu smk. Sampai detik ini aku menulis ini, entah mengapa aku bisa menulis seperti itu.
sebegitu rialestnya. Aku buka seorang yang hobi menulis tapi aku hanya ingin menjadi sang kreator. Entah mengapa banyak mimpi-mimpi masa kecil yang ingin aku gapai tapi entah, bagaimana memulainya lagi. Andai aku kembali kecil itulah yang kudapati saat aku membuka catatan masa smk. Aku akan menjalankan semua apa yang disuruh orang tuaku, tak banyak cerita,kenangan dan publikasi yang aku bisa ceritakan pada anakku kelak. Tapi aku bangga dan bahagia, selama ini aku begitu dekat dengan orang tuaku tapi apa yang bisa aku berikan sekarang. Prestasi? Hah.. hal yang musahil bagiku. Satu kata bagiku. Aku harus membahagiakan orang tuaku selagi mereka bisa melihatku. Itulah catatan yang ku dapati dalam buku catatanku waktu smk. Sampai detik ini aku menulis ini, entah mengapa aku bisa menulis seperti itu.
Belajar
bersyukur, Itulah poin penting dalam hidup kita. Tak perlu kita mengoda, tak
perlu kita berharap dan tak perlu kita berkoar-koar. Masih teringat cerita
saudaraku bagaimana iblis dilaknat oleh allah. 80 ribu tahun mereka disurga
setiap waktu meningkatlah keimanan mereka bahkan malaikat sekalipun masih kalah
keimanan dengan iblis. Sampai disaat keimanan mereka diatas datanglah
peringatan dari allah, tentang janganlah kamu bersombong tentang apa yang kau
dapan. Waktu itu malaikat menangis..takut mereka lah yang dimaksud itu,
sehingga malaikat meminta tolong iblis untuk mendoakan mereka dari sifat
sombong. Tetapi iblis lupa, iblis tidak berdoa untuk dirinya sendiri. Dan
tibalah allah menciptakan adam, suruh-Nya mereka bersujud dihadapan adam.
Tetapi iblis menolaknya, dengan sombongnya iblis menilai lebih tinggi
drajatnnya dibandingkan adam. Iblis menentang perintah allah dan rubahlah
bentuk iblis menjadi buruk rupa hingga iblis diturunkan dari surga menuju
dunia.
Kita harus
ingat segala yang kita miliki berasal dari allah dan semua akan kembali
kepada-Nya. Kita tak perlu menunjukan eksistensi ganjil. Kita harus belajar
dari kisah Vasili Arkhipov, siapa yang tau Vasili? pasti tidak ada yang tau.
Vasili adalah seorang prajurit kapal selam Rusia yang menyelamatkan dunia dari
perang nuklir. Apakah dunia mengetahuinya..Tidak. Kita belajar bahwa semua
perbuatan tak perlu kita koar-koar kan.
Tak perlu kita
membesarkan-besarkan, cukup bagaimana kita bisa melanjutkan. Karena
kesombonganlah yang akan mengalahkan kita. Diam tak selalu menandakan takut,
tapi diam menandakan kita menyukuri apa yang telah kita kerjakan.
Kalau saja
eksistensi yang akan membuat kita bergairah. Lantas, bagaimana kita menyukuri
apa yang kita kerjakan tanpa lelah. Boleh saja kita bereksis ria, tapi ingat!!
Kita punya rasa, janganlah kalian mati rasa melupakan sesungguhnya apa proses
yang kita harus kerjakan. Ibarat kalian berada dalam pembuatan acara tv,
kalianlah tim kreatif. Kalian berperan penting dalam suguhan yang luar biasa.
Tak melulu kita harus tampil dimuka umum, tak harus kita menjadi yang terbesar.
Cukup bagaimana kita mengelola tim ini menjadi mozaik berkarakter.
Comments
Post a Comment