Sosialisasi Itu Penting
Berkembangnya zaman membuat kita
berpikir secara cepat dan kreatif. Bukan hanya persaingan manusia sekarangpun
robot akan menjadi rival manusia. Pesatnya perkembangan zaman membuat pola
pikir manusia menjadi ekstrime. Gua gak habis pikir dengan majunya teknologi
dan diikuti berkembangnya ilmu pengetahuan. Di Indonesia banyak sekali berjubel
sekolah-sekolah yang bisa dikatakan high quality, dari sd maupun perguruan
tinggi. Kita bicara secara mirko aja. Di kota gua..ya Yogyakarta terkenal
dengan sebutan kota pelajar. Kelihatannya bagus dari julukannya. Ya..memang
faktanya begitu, banyak sekolah dari level paud sampai perguruan tinggi yang
berkualitas banyak sekali.
Ok.. by the way gua gak mau
nyombongin kota gua. Gua mau membahas tentang kualitas. Ya..kualitas gobloknya
attitude generasi millennial. Gua gak termasuk yaa, gua masuk dalam generasi Y
(1980-1997) yup hampir saja gua masuk zaman millennial. Kita mulai bumpernya
dulu. Apa sih millennial? Yup, millennial itu bisa disebut zaman kekinian,
zaman yang berusaha tidak kudet walaupun 1 menit. Sebagai contoh berlombanya
orang-orang dengan jumlah like fotonya jumlah followernya. Ya seperti kejadian
disekitar kita aja.
Simpel saja kalian melihat generasi
tersebut. Yang bikin sedih gua itu mereka bisa dibilang memiliki ilmu mumpuni.
Berpendidikan tinggi, ok sekarang kita lihat berapa banyak lulusan S1 dan kita
bisa bilang S2 sekarang bukan minoritas, banyak sekali orang yang berpendidikan
sekarang. Nah itu yang seharusnya mereka kejar sebagai generasi millennial,
bukan mengejar banyaknya like ataupun jumlah follower di media sosial. Dan
lebih parahnya lagi, yang bikin gua kesel itu ketika mereka diajak sosialisasi
itu jaim banget. Oke...mereka boleh punya pendidikan yang tinggi, tapi plis...
sosialisasi itu penting. Ketika elu sebagai generasi millennial beranjak
dewasa, punya anak, elu gak mungkin akan melakukan semuanya sendiri tanpa
bantuan orang lain. Sebuah contoh ketika elu tinggal di desa. Dan elu diajak
untuk bersosialisasi seperti kegiatan desa (ronda,kumpulan,kerja bakti, dll)
dan elu dengan mudahnya menjawab “besok gua gak tinggal disini lagi atau gua
bakalan pindah diperumahan/dikota”. Satu jawaban gua buat mereka. Bull of
shit..!!. dan lucunya saat mereka mungkin berada dikota, mereka akan bilang “
wah kangen suasana desa, wah kangen dengan masa kecil gua di desa”.
Hello..emang ngapain aja elu semua. Diajak kegiatan desa aja kalian
males-malesan. Kalau prinsip gua adalah bisa ikut membangun tempat kelahiran
itu sebuah kebanggaan. Gua gak mau dibilang Cuma numpang hidup dan mati aja di
tempat kelahiran, setidaknya gua pernah ikut membangun tempat kelahiran gua
ini. Untuk generasi millennial, elu akan nyesel gak merasakan gembiranya ngejar
layangan putus, sepak bola sampai magrib, elu juga akan nyesel gak menikmati
suasana syahdu malam hari ketika ngeronda dan elu akan nyesel gak menikmati
kebersamaan saat gotong royong. Buat elu semua yang merasa generasi millennial
mari kita lakukan semua itu sebelum elu nanti nyesel, gua percaya kalian
semua..jangan kalian rusak masa muda kalian dengan hal-hal yang gak penting
yang bikin hidup elu semua sakit. Elu semua gak akan nyesel kok.. kalau ikut
kegiatan desa. Pesen gua untuk generasi millennial “jangan jadi sampah dengan
melupakan sosialisasi walaupun pendidikan elu nanti sampai doktor bahkan
profesor, sekalinya elu sudah punya penghargaan tinggi akan lebih tinggi lagi
jika penghargaan itu datang dari orang disekitar elu,tetangga elu dan dilingkungan
elu dulu maupun sekarang.
Comments
Post a Comment